Pages

Friday, January 1, 1999

2018.

Hidup adalah roda yang berputar mungkin benar. Kalau 2016 dan 2017 adalah waktu yang sangat gelap dan kelam untuk saya, 2018 mungkin adalah masa-masa pemulihan yang Tuhan boleh kasih ke saya.

Sangat terang.

Tahun ini saya menemukan harapan. Rasa percaya diri saya yang selalu kalah dengan segala insekuritas yang tiap detik siap melahap saya, menang tahun ini. Saya merasa jauh lebih bahagia dan berharga.

Saya merasakan kebahagiaan di kesendirian saya tanpa pasangan. Mungkin terdengar berlebihan, tapi ini benar. Saya mencari apa yang sebenarnya saya ingin lakukan, dan saya mencari hal apa yang saya tidak suka dan perlu saya perbaiki dari diri saya. I won’t say that I’m already suceeded fixing myself, but I am making a baby step progress. Setidaknya kali ini saya berhasil melawan ‘suicidal thoughts’ yang menghantui saya sejak tiga tahun silam.

Saya menjadi lebih berani, mengatakan kecintaan saya pada satu hal atau sosok, dan mengatakan ketidaksetujuan saya akan suatu hal; hal yang butuh saya pelajari selama belasan tahun baru saya lakukan. Saya terbiasa untuk pasrah dan ‘nrimo’, tapi tahun ini saya sadar saya tidak bahagia melakukan itu semua, maka saya berusaha untuk mengambil keputusan dan lebih berani. Saya berusaha berekonsiliasi dengan penyebab depresi saya dan berusaha menerima diri saya yang apa adanya. Stress masih selelalu mengiringi, tapi kali ini sedikit banyak saya tahu apa yang harus dilakukan.

Semua itu, selain karena Tuhan Yesus dan keluarga, karena kalian semua yang membaca ini.

Terima kasih sudah bertahan menjadi teman saya.

Saya punya masalah yang luar biasa mengenai bagaimana manusia datang dan pergi begitu saja dalam hidup saya, dulunya (well, sekarang pun masih, tapi tidak semembludak dulu) saya sering marah tentang bagaimana manusia senang sekali pergi dan saya tidak percaya akan makna hubungan antar manusia. Menurut saya itu semua hanya hal superficial dan tidak nyata. Kita hanya punya diri sendiri dan itulah satu-satunya hal yang harus dipegang.

Namun kalian berbeda, kalian membuktikan kalau kalian tinggal.
I guess I was just too sad to realized that fact.

Terima kasih sudah mau berdiskusi dengan saya. Tentang kenapa manusia harus hidup dan kenapa kita signifikan di mata Semesta. Terima kasih sudah mau menanggapi keingintahuan saya dan segala kegaptekkan saya.

Terima kasih sudah mau menerima keanehan saya saat saya fangirling K-Pop, anime atau manga, nyanyi-nyanyi dan joget nggak jelas, namun juga mau menerima saya saat saya menangis sesenggukan sepanjang jalan karena sakit hati, atau karena saya sendiri tidak mengerti apa yang terjadi dengan diri saya.

Terima kasih sudah terus bertahan sekalipun saya sering tidak peka. Tidak mengerti maksud dari beberapa kalimat, namun kalian tetap mau memberikan kasih yang tidak ada putusnya dan tanpa pamrih.

Terima kasih.

2018 adalah tahun yang indah.

Kalian membuat saya mengerti apa itu ‘bersyukur.’


From yours truly,
Sasha


No comments:

Post a Comment

Leave your footsteps here.