Sangat terang.
Tahun ini saya menemukan harapan. Rasa percaya diri saya
yang selalu kalah dengan segala insekuritas yang tiap detik siap melahap saya,
menang tahun ini. Saya merasa jauh lebih bahagia dan berharga.
Saya merasakan kebahagiaan di kesendirian saya tanpa
pasangan. Mungkin terdengar berlebihan, tapi ini benar. Saya mencari apa yang
sebenarnya saya ingin lakukan, dan saya mencari hal apa yang saya tidak suka
dan perlu saya perbaiki dari diri saya. I
won’t say that I’m already suceeded fixing myself, but I am making a baby step
progress. Setidaknya kali ini saya berhasil melawan ‘suicidal thoughts’ yang menghantui saya sejak tiga tahun silam.
Saya menjadi lebih berani, mengatakan kecintaan saya pada
satu hal atau sosok, dan mengatakan ketidaksetujuan saya akan suatu hal; hal
yang butuh saya pelajari selama belasan tahun baru saya lakukan. Saya terbiasa untuk
pasrah dan ‘nrimo’, tapi tahun ini
saya sadar saya tidak bahagia melakukan itu semua, maka saya berusaha untuk
mengambil keputusan dan lebih berani. Saya berusaha berekonsiliasi dengan
penyebab depresi saya dan berusaha menerima diri saya yang apa adanya. Stress
masih selelalu mengiringi, tapi kali ini sedikit banyak saya tahu apa yang
harus dilakukan.
Semua itu, selain karena Tuhan Yesus dan keluarga, karena
kalian semua yang membaca ini.
Terima kasih sudah bertahan menjadi teman saya.
Saya punya masalah yang luar biasa mengenai bagaimana
manusia datang dan pergi begitu saja dalam hidup saya, dulunya (well, sekarang pun masih, tapi tidak
semembludak dulu) saya sering marah tentang bagaimana manusia senang sekali
pergi dan saya tidak percaya akan makna hubungan antar manusia. Menurut saya
itu semua hanya hal superficial dan
tidak nyata. Kita hanya punya diri sendiri dan itulah satu-satunya hal yang
harus dipegang.
Namun kalian berbeda, kalian membuktikan kalau kalian
tinggal.
I guess I was just too
sad to realized that fact.
Terima kasih sudah mau berdiskusi dengan saya. Tentang
kenapa manusia harus hidup dan kenapa kita signifikan di mata Semesta. Terima
kasih sudah mau menanggapi keingintahuan saya dan segala kegaptekkan saya.
Terima kasih sudah mau menerima keanehan saya saat saya
fangirling K-Pop, anime atau manga, nyanyi-nyanyi dan joget nggak jelas, namun
juga mau menerima saya saat saya menangis sesenggukan sepanjang jalan karena
sakit hati, atau karena saya sendiri tidak mengerti apa yang terjadi dengan
diri saya.
Terima kasih sudah terus bertahan sekalipun saya sering
tidak peka. Tidak mengerti maksud dari beberapa kalimat, namun kalian tetap mau
memberikan kasih yang tidak ada putusnya dan tanpa pamrih.
Terima kasih.
2018 adalah tahun yang indah.
Kalian membuat saya mengerti apa itu ‘bersyukur.’
From yours truly,
Sasha
No comments:
Post a Comment
Leave your footsteps here.