Pages

Wednesday, July 5, 2017

Minggu dan Rabu

Waktu aku kecil dulu, aku punya dua teman dekat. Satu namanya Minggu, dia masih punya sedikit keterikatan darah denganku, satu lagi namanya Rabu, ia tinggal di seberang jalan raya depan rumahku. Aku bilang, kami cukup dekat, sekalipun kami bersama hanya, mungkin, dua tahun lamanya. Waktu itu usiaku antara 2 - 4 tahun, kemampuanku mengingat memang tercipta cukup awal.


Minggu lebih muda sekitar satu tahun dariku, ia tinggal di samping rumah. Dulu dia manja denganku dan Rabu, karena dia memang yang paling muda. Suatu hari saat aku terluka, yang aku lupa kenapa, sepertinya aku jatuh saat berlari, Minggu membawaku ke rumahnya, untuk menemui Mamanya, supaya aku diobati. Minggu bilang, besok ia akan jadi polisi atau tentara, supaya bisa jaga Kaka Sasha. Aku tersenyum mengaminkan.

Rabu seusia denganku, kata Mama, Rabu anak laki-laki yang sangat periang dan cerewet. Ia suka bertanya, bercerita, berkomentar, anak kecil yang ramah dan tidak susah didekati. Rabu pernah tiba-tiba duduk di belakangku saat aku menonton serial edukasi bonus dari membeli susu Dancow. Aku ingat, salah satu tokoh utamanya adalah seekor kelinci dan kura-kura, episode kali itu adalah untuk tidak merebus telur untuk disimpan, karena nanti ia mudah basi. Rabu membuatku kaget setengah mati karena ia datang tanpa suara, dan aku terkejut bukan main saat mendapatinya duduk manis di belakangku. Ia tersenyum dan bertanya, "Sabun Sasha apa? Kalau Rabu pakai sabun Johnson!" sambil nyengir. Mamaku melihatnya, lalu tertawa kecil.

Hari-hari kami diisi dengan bermain petak umpet, kejar-kejaran di halaman belakang yang sangat luas, makan agar-agar lapis dan jambu monyet. Memoriku tentang mereka tidak ada sedikitpun yang buruk.

Bagaimana kabar mereka sekarang, setelah 18 tahun berlalu?

Sekarang Rabu ada di Eropa, ia melanjutkan sekolahnya disana. Aku dengar keluarganya bermasalah. Kedua orang tuanya berpisah, dan ia dibesarkan oleh kakaknya. Terakhir aku berbicara dengannya, Rabu tidak secerewet saat dia menonton serial edukasi dancow bersamaku dulu. Kata Mama hidupnya dan kakaknya tidak mudah. Tapi terakhir kali mengucapkan perpisahan saat SMA dulu, ia masih tersenyum, aku senang, senyumnya masih sama.

Kali aku pergi melanjutkan sekolah adalah terakhir kali aku bertemu Minggu. Keluarganya juga berantakan lalu ia terjebak dengan pergaulan yang salah. Kata Mama, ia jadi malas belajar dan teman-temannya adalah kawanan yang tidak jauh dari rokok dan minuman keras, serta adu balap di jalan raya. Aku khawatir, apa Minggu bisa benar jadi polisi atau tentara? Sampai detik ini aku tidak pernah melihat Minggu lagi, kabarnya ia disekolahkan di atas gunung sana.

Itu kisahku tentang  Minggu dan Rabu. Dari mereka, aku belajar menerima kisah hidup yang berbeda-beda.

Namun sekalipun aku menerimanya, hatiku tetap sakit saat menulis ini.

Minggu, Rabu, kalau boleh, ayo makan jambu monyet dan agar-agar lapis lagi.

Aku rindu ...

No comments:

Post a Comment

Leave your footsteps here.