Pages

Sunday, April 19, 2015

Pesan

Jalanan ini terlampau sepi untukku yang baru saja membuka mata tiga puluh menit yang lalu. 

"Ngantuk," racauku dalam hati. Mengeluhkan mengapa aku harus mendapatkan pekerjaan yang mengaruskanku bangun jam 3:30 dari Senin hingga Sabtu.

Bunga-bunga nampaknya juga masih tertidur. Pun mereka terlihat masih kuyub akibat badai tadi malam.

Atap perumahan yang kulewati juga masih meneteskan air hujan. Seakan menolak kering dan menunjukan kegagahannya untuk melindungi.

Sayu mataku menatap kejauhan. Udara dingin justru membuat kedua pelopakku makin berat. 

"Yakin benar aku, aku sudah salah pekerjaan," keluhku untuk yang kesekian kalinya pagi ini.

Tampaknya Ibu dan Ayahku tidak setuju juga. Namun apa daya, nasib mengantarkanku kesini.

"Bah!" Kataku, "Nasib, kejam sekali kau!" Kali ini aku mulai merutuk. Sekalipun tidak membantu, setidaknya rasa kantukku berkurang.

Suryapun akhirnya mulai mengintip dari langit temaram. Aku mendengus kesal, menunjukkan ketidaksukaanku pada kenyataan bahwa waktu tidur kini sudah resmi selesai.

Kakiku melangkah lebih cepat, menuju arah matahari terbit. Benakku berdoa, semoga harin ini akan menjadi hari yang indah.

No comments:

Post a Comment

Leave your footsteps here.