Pages

Friday, June 8, 2012

Aku menangis, untuk Papua.


"Apa jadinya jika saya bertukar posisi dengan Denias? Pasti Denias akan menjadi mahasiswa teladan sekampus, sementara saya mungkin hanya akan terus di kampung berburu kukang dan tidak akan mau pergi menempuh 4 hari perjalanan ”hanya” untuk menemukan sebuah sekolah yang belum tentu saya bisa bersekolah disana." -- auliafeizal.wordpress.com

Satu kalimat yang ikut menonjok saya. Saya tidak berniat sombong, tapi sekarang saya berada di sekolah terbaik di Yogyakarta, dan apa yang saya lakukan sekarang? Apakah sebanding dengan apa yang sudah dipejuangkan oleh anak-anak rindu sekolah di luar sana?

Denias mengingatkanku akan Papua sekarang. Yang sedang rusuh, yang sedang saling membunuh satu sama lain--yang telah ternoda oleh amarah, kerakusan dan tetes demi tetes darah orang tak berdosa.


6 orang meninggal dalam 5 hari?

Oh Tuhan.

Papua yang aku perjuangkan dan selalu menjadi motivasiku kenapa seperti ini? 

Dimana kalian bakar mimpi, harapan dan hati kalian?

Aku menangis, untuk Papua. Dan aku berjanji, ya, mungkin ini sudah menjadi janjiku dengan Tuhan--bahwa aku akan membawa perdamaian di negeri ini, Papua. Entah besok, atau nanti bertahun lagi--yang jelas, aku percaya bahwa akan ada perdamaian, dan aku berjanji, oh kumohon, bahwa aku adalah salah satu orang yang membawa perdamaian itu di Papua. 

Dan aku percaya, oleh Kuasa Allah dan Roh Kudus saja Papua bisa diubahkan. 



Denias bersenandung di atas awan, maka aku, aku berdoa hingga menembus awan.


Kami, pendoa untuk Papua, berdoa untuk Papua, dan penerus bangsa kamu disana. Aku seorang Jawa Papua yang peduli. 

Dan entah sampai kapan, aku akan terus membanting tulangku, demi Papua.

No comments:

Post a Comment

Leave your footsteps here.